PORTALJATENG — Ruang publik era kini menganggap mitos perempuan seperti hantu, setan dan sejenisnya digunakan sebagai kontrol perempuan Indonesia. Namun, melalui buku ‘Feminisme Nusantara’, hal tersebut dicounter balik.
Pada Bedah Buku ‘Feminisme Nusantara’ di Swasana Kopi Tahunan, Jepara, Penulis Buku Feminisme Nusantara, Ohan memaparkan, hantu Indonesia semacam Kuntilanak, Sunder Bolong, Wewe Gombel berpenampilan kucel digunakan untuk kontrol anak-anak tempo 2000-an.
“Apabila ada anak-anak cekikikan atau rambut berantakan akan disamakan dengan hantu atau setan, nanti mereka takut. Orang zaman dulu seperti itu cara mendidiknya,” papar Ohan kepada Portal Jateng, Sabtu (4/2/23) pagi ini.
Bagi dia, pecontohan anak terhadap setan tindakan kontroversial. Pasalnya, jejalan penyuluhan menggunakan metode tersebut, membentuk budaya masyarakat.
“Dongeng dan mistis memang salah satu sarana dalam mengkonstruk cara berpikir. Tapi engga gitu-gitu amat. Maksudnya, mengapa harus perempuan yang dijadikan objek mayoritas dari hantu,” ujar dia.

Oleh sebab itu, pihaknya melawan budaya yang telah terbentuk itu dengan potensi dan gerakan kolektif dari tokoh perempuan sentral. Kemudian, ia juga akan menambah gagasan lewat buku selanjutnya.
“Ini produk pertama dari project trilogi, tujuannya menjawab mitos-mitos yang telah mempengaruhi psikologi masyarakat yang membudaya, karena perempuan di Indonesia sebetulnya keren-keren, seperti Ratu Kalinyamat dari Jepara,” tegasnya.
Perempuan Jepara seperti Ratu Kalinyamat maupun Ratu Shima digambarkan sebagai sosok agresif, tegas dan kecintaan tanah airnya yang besar. Bahkan, ia mencatut nama eks menteri kelautan, Susi Pudjiastuti dan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat direpresentasikan dari sisi ketegasannya.
Sementara itu, pegiat literasi mojok.co, Catherine Stögmuller mengecewakan sejarah Jepara (Kalinyamat dan Shima) yang kalah tebal dengan cerita Majapahit. Padahal menurut dia, sejarah perempuan di Jepara begitu besar.
“Ratu Kalinyamat memimpin 300 armada kapal melawan Portugis di Malaka, misalnya itu. Gerakannya besar. Tapi sedikit sekali bukunya. Sehingga, melalui buku Feminis Nusantara, diharap membantu mengejawantahkan perempuan Indonesia yang sesungguhnya, bukan mitos lagi,” terangnya.
Di sisi lain, pada kesempatan Bedah Buku kali ini, turut launching komunitas ‘Lentera Kartini’, yang juga dihadiri oleh Staff Khusus (Stafsus) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Hindun Anisah, Ketua PC PMII Jepara, Arif Mandala Putra, Eks Ketua KMJS Pusat, Afryda Zahrotul Kumala. (PJ5)