Sejarah mencatat, bagaimana pengetahuan sangat berkembang di era kekhalifahan dinasti Abbasiyah. Sebab, perhatian pemerintah saat itu terhadap pendidikan sangat besar. Pasalnya, khalifah Al-Ma’mun melakukan gerakan besar-besaran dalam menerjemahkan buku-buku asing. Di samping itu, beliau juga mendirikan baitul hikmah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Pendidikan merupakan investasi terbesar suatu bangsa untuk menciptakan masyarakat yang berperadaban. Melalui sistem pendidikan yang baik, maka akan melahirkan masyarakat yang cerdas dengan kesadaran intelektual serta spiritual yang tinggi.
Pada waktu itu, lahir cendikiawan-cendikiawan muslim yang mampu mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi, Al-Khwarizmi, Al-Farabi, Jabir Ibnu Hayyan dan Ibnu Sina. Kelima tokoh tersebut merupakan pionir di bidangnya masing-masing.
Namun di abad pertengahan, perkembangan ilmu pengetahuan di Islam mengalami kemunduran. Salah satu faktornya adalah stagnasi ilmu pengetahuan, sehingga tidak muncul lagi cendikiawan muslim yang mampu tampil di dunia layaknya para pendahulu di era kejayaan Islam.
Salah satu cendikiawan muslim Tunisia, Muhammed Al-Tahir Ibnu Asyur menjelaskan di dalam أليس الصبح بقريب, setidaknya ada sembilan faktor lemahnya kualitas pendidikan di era sekarang.
Kurang evaluasi diri
Monitoring atau pengawasan dalam proses kegiatan belajar adalah salah satu kunci dalam menentukan kualitas pendidikan. Ketika komponen pendidikan terawasi dengan maksimal, maka seluruh sistem pendidikan akan berjalan maksimal. Sehingga, adanya evaluasi yang berkesinambungan akan mampu meningkatnya mutu pendidikan.
Tidak disipilin
Al-Quran mengingatkan akan pentingnya menjaga kedisiplinan. Pasalnya, orang yang tidak disiplin dan tidak bisa mengatur waktu dengan baik termasuk orang yang merugi. Oleh karena itu, disiplin menjadi faktor utama dalam kemajuan suatu pendidikan
Sebab, perilaku disiplin menumbuhkan kesadaran dalam mentaati segala aturan yang telah disepakati bersama. Sehingga, semua komponen pendidikan, baik peserta didik atau tenaga pengajar dapat menjalankan perannya secara maksimal.
Tidak terbuka akan kritik
Kritik merupakan sebuah keniscayaan menuju kemajuan. Bangsa yang terbuka akan kritikan senantiasa akan terus berkembang. Terbuka akan kritik menandakan bahwa dinamika ilmu pengetahuan semakin hidup.
Penerapan metode yang kurang tepat
Pendidikan yang maju ditandai dengan beragam metodologi yang diterapkan. Banyaknya metode dapat mengcover kebutuhan peserta didikan yang sangat beragam.
Kebutuhan peserta didik yang gemar eksak berbeda dengan murid yang gemar seni. Kita tidak bisa memaksakan kebutuhan seseorang harus diterapkan pada yang lainnya. Sama halnya kita tidak bisa memaksakan ikan untuk terbang atau memanjat pohon.
Abai akan pelatihan dan riset
Pendidikan yang berbasis riset lebih mengena sesuai kebutuhan peserta didiknya. Sehingga, sistem, konsep pendidikan serta pelatihan-pelatihan yang diberikan akan lebih terukur dan tepat sasaran.
Orientasi pendidikan bukan mengejar pengetahuan
Niat menjadi komponen penting dalam mencapai kesuksesan dalam segala hal, termasuk dalam mengembangkan pengetahuan. Oleh karena itu, niat harus ditata sedari awal sehingga orientasi belajarnya bukan hanya mencari ijazah. Akan tetapi, mencari ilmu untuk mengembangkan pengetahuan lebih maju lagi.
Kurang penguasaan bahasa
Pada zaman khalifah Abbasiyah, Islam pernah mencapai masa keemasan. Banyak cendikiawan-cendikiawan muslim yang menjadi pelopor berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal itu karena, penguasaan bahasa sangat pesat. Sehingga, banyak penerjemahan karya-karya cendikiawan Yunani.
Lupa akan sejarah
Sejarah dapat menjadi pemicu untuk membangkitkan semangat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Wawasan tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ditorehkan cendikiawan muslim dapat memicu peserta didik berpikir lebih kreatif dan inovatif.
Lemahnya budi pekerti
Islam sangat menganggap penting hubungan guru dan murid. Kesuksesan murid tidak terlepas dari keberkahan sang guru. Oleh karena itu, relasi guru dan murid harus didasari budi pekerti yang baik.