Semarang – Pasca Lebaran tahun ini, inflasi Jawa Tengah bulan Mei hanya sedikit mengalami penurunan. Bila bulan sebelumnya angka inflasi mencapai 0,28%, bulan Mei hanya turun tipis menjadi 0,22%. Namun angka inflasi ini masih lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 0,09%.
“Penurunan inflasi tersebut terutama berlangsung seiring dengan berlalunya periode festive season Idul Fitri 1444 H,” ungkap Kepala Kpw. Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra, dalam acara Media Briefing “Angkringan di Siang Hari, Perkembangan dan Update Indormasi Ekonomi Regional Jateng” di kantor BI Jateng Kamis, (16/7/23).
Rahmat menjelaskan, Kelompok Transportasi menjadi sumber penurunan inflasi. Pasca festive season Idul Fitri 1444 H, dimana tarif beberapa moda transportasi umum mengalami penurun seiring dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca mudik lebaran.
“Sementara itu, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau justru mengalami peningkatan inflasi. Harga sejumlah komoditas pangan setelah Lebaran tercatat masih meningkat, Beberapa diantaranya yaitu telur dan daging ayam ras yang meningkat seiring dengan harga jagung yang tinggi,” papar Rahmat.
Namun Rahmat optimis, angka inflasi Jawa Tengah sampai akhir tahun nanti diperkirakan akan sesuai target 3,0±1%. “Akumulasi inflasi Jawa Tengah Januari hingga Mei tahun ini baru mencapai 1,30%. Sehingga besar kemungkinan angka inflasi tahun ini bisa mencapai 3%,” katanya.
Adapun untuk menjaga inflasi kembali berada pada rentang target, Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan di daerah dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah, dengan menyusun berbagai program pengendalian inflasi.
“Program pengendalian inflasi tersebut diarahkan kepada pengelolaan ekspektasi masyarakat yang selanjutnya menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi di tengah proses pemulihan perekonomian pada tahun 2023,” tandas Rahmat.