Senin, 17 Juli 2023
23.7 C
Semarang

Peringati Hari Mangrove Sedunia Sharp Indonesia Tanam 3.300 Bibit

Berita Terkait

PORTAL JATENG – Data BNPB menyebutkan, sekitar 3.531 bencana terjadi sepanjang tahun 2022 di negara kita. Beberapa bencana terjadi akibat gejala alam yang terpengaruh akibat peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer. Sebagai negara yang dikelilingi gunung berapi, Indonesia menjadi sangat rentan terhadap bencana seperti gempa, banjir, curah hujan tinggi, hingga kemarau yang berkepanjangan.

Untuk itu Sharp Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi) melakukan penanaman 3.300 bibit mangrove di sepanjang pesisir pulau Tunda, Banten sebagai salah satu kegiatan untuk merehabilitasi ekosistem karbon biru.

Karbon biru merupakan istilah yang digunakan oleh para penggiat lingkungan untuk jumlah emisi karbon dan gas rumah kaca yang diserap oleh ekosistem pesisir dan laut yaitu hutan mangrove, padang lamun, kawasan rawa payau dan terumbu karang.

Ekosistem karbon biru diyakini oleh para ahli menjadi penyerap karbon paling aktif dibandingkan dengan ekosistem lain dimana daya serapnya melebihi hutan tropis daratan.

“Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari perhatian Sharp Indonesia terhadap isu lingkungan yang terjadi. Kami berharap kontribusi kami memiliki dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” ucap Pandu Setio, Senior PR & Brand Communication Manager, PT Sharp Electronics Indonesia di sela-sela kegiatan penanaman.

Kegiatan ini merupakan agenda untuk memperingati hari Mangrove Sedunia pada 26 Juli nanti. Penanaman 3.300 bibit mangrove melibatkan masyarakat pulau Tunda yang terdiri dari para warga dan pemuda karang taruna, serta anggota Sharp Greenerator, sebuah komunitas anak muda pecinta lingkungan binaan Sharp.

Dibagi dalam 3 tahap, penanaman tahap pertama telah dilakukan pada Juni 2023, tahap kedua dilakukan Juli 2023 dan tahap ketiga akan dilakukan pada Agustus 2023. Bersamaan dengan kegiatan penanaman, Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi ) melakukan penelitian guna mengetahui daya serap ekosistem karbon biru yang terdapat di pulau Tunda.

“Ekosistem Karbon Biru menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan dampak pemanasan global. Kami berharap makin banyak perusahaan yang terlibat sehingga ekosistem mangrove dan lamun dapat berfungsi secara optimal,” tambah Mikael Prastowo Sesotyo Widodo, Penanggung Jawab Ekowisata, Yayasan Terumbu Karang Indonesia.

Berita Terkait

spot_img

Berita Terbaru