Portal Jateng – Pemenuhan sumber pangan dan gizi seimbang menjadi kebutuhan utama dalam pengentasan stunting serta kesehatan masyarakat. Terlebih saat ini, terdapat ancaman perubahan iklim yang berpotensi mengganggu ketersediaan pangan.
“Antisipasi potensi gangguan ketersediaan pangan harus mendapat penanganan yang serius. Termasuk peningkatan pemahaman masyarakat terkait kebutuhan makanan bergizi dari sumber pangan yang tersedia,” ungkap Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko.
Selain itu, ia menambahi, ancaman adanya badai El Nino dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan. Khususnya ancaman terhadap produktivitas pangan atau ketahanan pangan.
Menurut Heri, prakiraan tersebut harus diantisipasi dengan baik oleh para pemangku kebijakan. Apalagi, potensi terganggunya ketahanan pangan juga akan berdampak pada upaya akselereasi sejumlah program. Seperti pengentasan stunting yang menuntut asupan kecukupan gizi masyarakat.
Wakil Pimwan Jateng dari Fraksi Partai Gerindra tersebut juga menuturkan, untuk mengejar pencapaian prevalensi stunting dari 21,6% pada 2022 menjadi 14% pada 2024 di tengah potensi terganggunya ketersediaan pangan, membutuhkan upaya preventif yang serius.
“Keseriusan penanganan potensi dampak ke depan ini tidak hanya menjadi kepentingan para pemangku kebijakan tetapi juga setiap bidang yang memiliki kewenangan penanganan kesehatan masyarakat,” ujarnya.
“Salah satunya dengan perlu diadakannya sosialisasi dan pendampingan aktif terkait pengetahuan makanan bergizi. Tidak selalu dengan bentuk makananan mewah, tetapi bisa memanfaatkan dan mengolah sumber pangan yang ada di sekitar,” imbuhnya.
Heri mengatakan, pemenuhan kesehatan dan gizi masyarakat tersebut tidak hanya dalam lingkup makanan, tetapi juga yang berkaitan dengan cara hidup sehat dan pengelolaan lingkungan yang baik.
“Seperti pemanfaatan air bersih secara efisien. Tidak banyak membuang air bersih untuk antisipasi kekeringan dan mengelola sampah dengan baik,” tuturnya.
Menurut Heri, gerakan penghijauan di kawasan-kawasan kritis juga harus digalakkan. Hal tersebut untuk menjaga keseimbangan serapan air ke bumi dan antisipasi bencana alam akibat penggundulan hutan.
“Kita semua harus bekerja sama dengan baik dengan langkah yang terstruktur dalam upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar kita. Pelestarian lingkungan hidup juga harus menjadi bagian dari proses pembangunan secara massif,” pungkasnya. [Advetorial]