Solo – Kebangkitan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) menjadi Solo Safari membawa angin segar bagi pariwisata Kota Solo. Resmi dibuka pada 27 Januari 2023. Hasil kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta dan Taman Safari Indonesia ini langsung menarik perhatian masyarakat. Solo Safari kini menjadi salah satu destinasi wisata keluarga paling populer di Jawa Tengah, menggabungkan edukasi, hiburan, dan pengalaman kuliner dalam satu tempat.
Transformasi ini terbukti sukses. Dalam waktu kurang dari satu tahun, jumlah pengunjung melonjak tajam. Berdasarkan data Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2023, Solo Safari mencatat kenaikan pendapatan hingga 300% dibanding tahun sebelumnya. Dalam sepuluh bulan pertama saja, lebih dari 500 ribu wisatawan datang berkunjung, dan jumlah ini diperkirakan menembus 600 ribu orang hingga akhir 2023.
“Kehadiran Solo Safari telah membawa dampak besar bagi pariwisata Kota Solo. Sekarang Solo tidak hanya dikenal karena keraton dan kulinernya, tapi juga punya destinasi wisata keluarga yang modern dan kekinian,” ujar Alexander Zulkarnain, Chief Marketing Officer Taman Safari Indonesia di Solo, Senin (1/9).

Ia menjelaskan, pertumbuhan kunjungan ini turut menggerakkan sektor lainnya seperti hotel, transportasi, dan UMKM lokal karena banyak wisatawan memperpanjang masa tinggal mereka di Solo.
Daya tarik Solo Safari tak hanya terletak pada koleksi satwanya, tetapi juga pada berbagai zona interaktif seperti wahana edukasi, Dino Ride, Gokart, Paint and Brush, hingga Savannah Zipline. Suasana juga semakin lengkap dengan hadirnya restoran tematik seperti Makunde Bistro yang menyuguhkan pemandangan singa secara langsung, dan Bengawan Resto yang menghadap ke danau.
Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, puncak kunjungan terjadi saat musim libur Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, ketika jumlah wisatawan meningkat hingga lima kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa Solo Safari telah menjadi magnet baru yang memperkuat posisi Solo sebagai destinasi wisata keluarga.
Dengan luas area 14 hektar dan lebih dari 400 satwa dari 90 spesies, Solo Safari kini tak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga pusat edukasi dan konservasi satwa. Keberhasilannya menjadi bukti bahwa inovasi dan kerja sama yang baik dapat menghidupkan kembali ikon lama menjadi kebanggaan baru bagi kota.



