SEMARANG | PORTALJATENG.ID — Sejumlah komunitas se-Kota Semarang bergumul kampanyekan literasi. Mereka merapatkan barisan, bahas napak tilas, strategi dan taktik anyar ke depan.
Diskusi Publik & Temu Komunitas Literasi Semarang itu bertemakan ‘Pedagogi Literasi Krisis : Pedoman Mencerdaskan Kehidupan Bangsa’.
Puluhan peserta dari berbagai komunitas literasi bergumul di di Perpustakaan Provinsi Jateng, Sabtu (14/10/23). Turun gunungnya mereka, dalam rangka perhatikan kondisi literasi kekinian.
Satu persatu permasalahan pun mengemuka. Mulai dari perubahan isu kritis ke transformatif dan emansipatoris; banyaknya perkembangan paradigma maupun yang lainnya.
Sehingga, dinilai perlu ramuan jitu sebagai formula pacu komunitas literasi ke depan. Hal itu, disampaikan Founder Rumpun Sabda Institute, Nanang Bagus Zuliadi.
Pertama-tama, Nanang, sapaan akrabnya, melihat realitas iklim literasi Semarang yang separuh keropos. Oleh sebab itu, penting untuk mengkonsolidasi antar komunitas literasi.
“Pengorbitan penulis asli secara masif. Kemudian, didik kader membaca langsung dari buku, bukan hanya podcast. Lebih lanjut peka dengan realitas sosial,” papar Nanang, yang juga narasumber.
Di sisi lain, Founder LSF Verstehen, Hasan Labiqul Aqil mengingatkan bahwa setiap komunitas memiliki konsentrasi yang berbeda. Namun, dengan tujuan yang senada.
Adapun, pihaknya juga menggaris bawahi ihwal masalah yang terulang-ulang, khususnya terkait kaderisasi dalam komunitas literasi dan menjadi PR bersama di setiap komunitas.
“Ketika masa pendidikan usai, susah juga peroleh generasi penerus. Tapi saya sepakat dengan kolaborasi maupun konsolidasi antar komunitas. Kita harus sengkuyung,” terang Hasan.
Sementara, pada kesempatan itu, turut dihadiri Founder Pawon Literasi, Farda Nihayatul Ulum sebagai moderator. Serta dihadiri oleh beberapa pejabat publik, khususnya Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jateng. (PJ5)