Bulan Ramadan tidak hanya menjadi momen untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sebagai waktu yang tepat untuk merefleksikan diri, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbaiki akhlak. Salah satu aspek penting yang sering kali diabaikan adalah bagaimana menjaga etika, terutama dalam berinteraksi di dunia digital. Survei terbaru oleh Populix menunjukkan bahwa 87% responden di Indonesia lebih sering menggunakan media sosial selama bulan Ramadan. Data ini mengindikasikan bahwa aktivitas digital meningkat signifikan selama bulan suci, sehingga penting bagi manusia untuk memahami bagaimana puasa dapat memengaruhi perilaku digital dan bagaimana dapat menjaga etika dalam berinteraksi di dunia maya.
Puasa dan Pengendalian Diri di Dunia Digital
Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang mengendalikan emosi, pikiran, dan perilaku. Penelitian yang dilakukan oleh Chairul Hana Rosita menunjukkan bahwa puasa dapat membantu individu dalam mengendalikan emosi dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan penafsiran Quraish Shihab tentang ayat-ayat puasa, yang menyatakan bahwa puasa tidak hanya sebagai ibadah fisik, tetapi juga memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan pengendalian diri.

Di era digital, pengendalian diri menjadi semakin penting, hasil survei Populix mengungkapkan bahwa 58% responden meningkatkan aktivitas mereka di platform media sosial selama Ramadan. Dengan meningkatnya interaksi di dunia maya, risiko terjadinya konflik, penyebaran hoaks, atau ucapan yang tidak sopan juga semakin tinggi. Oleh karena itu, puasa seharusnya menjadi momentum untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial, termasuk menjaga lisan (atau dalam hal ini, jari) dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau merugikan orang lain.
Konten Digital selama Ramadan: Antara Edukasi dan Hiburan
Survei Populix juga menunjukkan bahwa 56% responden mengakses konten terkait jadwal puasa, imsak, buka puasa, dan salat. Ini menunjukkan bahwa media sosial menjadi sumber informasi penting selama Ramadan. Namun, di sisi lain, 52% responden juga mengakses konten hiburan seperti film, acara televisi, dan musik. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat tidak hanya mencari konten religius, tetapi juga hiburan untuk mengisi waktu luang.
Di sinilah pentingnya keseimbangan. Sebagai pengguna media sosial, kita perlu memastikan bahwa konten yang dilihat dan sebarkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ramadan. Misalnya, menghindari konten yang mengandung unsur ghibah, fitnah, atau hal-hal yang dapat merusak suasana ibadah. Selain itu, kita juga perlu berhati-hati dalam berkomentar atau berbagi informasi, terutama yang berkaitan dengan isu sensitif atau kontroversial.
Menjaga Lisan di Dunia Maya
Dalam Islam, menjaga lisan adalah bagian penting dari akhlak mulia. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Prinsip ini tidak hanya berlaku di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Sayangnya, anonimitas dan jarak yang diciptakan oleh media sosial sering kali membuat orang lupa akan etika ini.
Penelitian Wildan Halid tahun 2023 menunjukkan bahwa puasa dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental, termasuk peningkatan kontrol diri dan stabilitas emosi. Dengan demikian, puasa seharusnya menjadi momentum untuk melatih diri dalam menjaga ucapan dan tulisan di media sosial. Misalnya, dengan tidak terlibat dalam perdebatan yang tidak produktif, tidak menyebarkan hoaks, atau menghindari komentar yang mengandung kebencian.
Tips Menjaga Etika Digital selama Ramadan
Berpikir sebelum berkomentar, pentingnya sebelum menulis atau membagikan sesuatu, pikirkan dampaknya. Apakah konten tersebut bermanfaat atau justru dapat menyakiti orang lain? Selanjutnya hindari ghibah dan fitnah, sebaiknya jangan membicarakan keburukan orang lain, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Perbanyak konten positif yaitu manfaatkan media sosial untuk menyebarkan konten yang inspiratif, edukatif, dan bermanfaat bagi orang lain. Batasi waktu penggunaan media sosial, meskipun aktivitas digital meningkat, pastikan bahwa waktu yang dihabiskan di media sosial tidak mengganggu ibadah dan waktu berkualitas dengan keluarga. Jadikan Ramadan sebagai momentum perbaikan diri, gunakan bulan suci ini untuk melatih diri dalam mengendalikan emosi dan perilaku, termasuk dalam berinteraksi di dunia maya.
Puasa adalah momen yang tepat untuk meningkatkan kualitas diri, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Di tengah meningkatnya aktivitas digital selama Ramadan, penting bagi seorang muslim untuk menjaga etika dalam berinteraksi di media sosial. Dengan mengendalikan lisan (dan jari), kita tidak hanya menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik, tetapi juga menciptakan lingkungan digital yang lebih positif dan harmonis. Mari jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk menjadi pribadi yang lebih baik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Penulis: Imam Subqi Dosen UIN Salatiga