Portaljateng.id – Puluhan PKL Kusumawardani, Semarang Selatan, Sabtu (12/3/2025) menggelar aksi dukungan terhadap TNI atas pengesahan Revisi UU TNI. Mereka bahkan menegaskan sikap, bahwa aksi penolakan yang mengatasnamakan rakyat Indonesia tidak mewakili sebagian besar masyarakat termasuk pedagang PKL Kusumawardani Semarang.
Nonot, salah satu pedagang pemilik kios Nasi Goreng di Jalan Kusumawardani belakang Kantor Disnaker Trans Jawa Tengah mengatakan dirinya tergerak untuk mengelar aksi dukungan terhadap Revisi UU TNI ini karena bentuk keprihatinan, dimana negara ingin menguatkan peranan TNI dalam hal pertahanan namun ada segelintir kelompok yang memiliki kepentingan untuk menggagalkan.
“Ini sebuah ironi, sebab niatan untuk menjaga kedaulatan bangsa justru dilemahkan dari dalam. Menggunakan anak-anak muda untuk menolah dan menggelar demonstrasi hingga anarkis merusak fasilitas umum,” ungkap Nonot.

Menurutnya, gerakan ini sepertinya sudah tidak murni lagi. Apalagi menilai dan mengait-ngaitkan dengan kembalinya Orde Baru.
“Jujur kami merasa ikut prihatin, saya yang berjualan di lingkungan yang berdekatan dengan Asrama TNI di Kusumawardani tidak pernah merasakan adanya sikap buruk dari TNI. Kami bersagang sudah lebih dari 20 tahun tak pernah merasa adanya tindakan yang kurang mengenakkan. Mereka justru mengayomi kami dari gangguan-gangguan preman dan menjamin keamanan serta kenyaman kami. Ini juga membuat Kawasan kami berdagang terjami keamanannya, tanpa kami mengeluarkan sepeser pun uang untuk keamanan,” paparnya.
Nonot yang awalnya tidak paham apa yang terjadi dalam demo-demo penolakan, tapi karena mengikuti berita-berita di televisi dan media sosial, dia merasa tidak ada yang mengkhawatirkan. Makanya bagai gayung bersambut, ketika para pedagang lain juga merasakan keprihatinan sama akhirnya memberanikan diri menyatakan dukungan dan support kepada TNI.
“Kami juga menghimbau agar pihak-pihak segera menyadari bahwa aksi-aksi tersebut akan semakin merugikan dan merusak citra mahasiswa. Pengerusakan dan ungkapan serta perilaku kotor sebagaimana disiarkan di Medsos telah merugikan kita sendiri. Kami minta semua masyarakat yang peduli bangsa ini ikut mengingatkan. Para orang tua juga harus mengingatkan anak-anak mereka agar jangan mudah jadi alat,” ungkapnya lebih jauh.
Sementara Koordinator Aksi, Denny juga menyampaikan hal sama. “Saya tidak tahu RUU TNI lebih mendalam, karena saya tidak mendalami berita-berita, tapi saya melihat kalau setiap saat terjadi demo maka akan banyak kerugian. Polisi jadi tidak fokus mengamankan masyarakat saat berlebaran. Disamping itu akan mengganggu ekonomi kita. Apa-apa jadi mahal karena dampak dari gangguan keamanan. Saya setuju kalau demo ini berakhir, apalagi sebentar lagi Idul Fitri,” kata Denny.
Aksi mendukung UU TNI ini memang tidak berlangsung lama. Sekitar pukul 17.00 WIB mereka menggelar aksi di Kawasan dekat Kampus Undip Imam Bardjo dan Simpanglima Semarang.
Ketika ditanya apakah mereka tidak jualan karena aksi, ternyata mereka menjawab sudah libur. Lestari, salah satu pedagang angkingan mengatakan sudah libur menjelang lebaran. “Sudah tidak ada mahasiswa, jadi warungnya sepi. Jadi saat diajak teman-teman menyatakan dukungan terhadap TNI, kami berangkat,” kata Lestari.
Nonot menimpali, “Kami tidak bisa membalas budi kebaikan bapak-bapak TNI. Ya…itung-itung ini THR kami kepada TNI. Semoga makin kuat dan professional dalam menjaga kedaulatan NKRI,” kata Nonot.***