Sabtu, 27 Desember 2025
26 C
Semarang

Bela-belain dari Pati, Penggemar Setia Ini Buktikan Cinta pada KLA Project

Berita Terkait

Semarang – Kemegahan Lawang Sewu pada Sabtu (13/9/2025) malam tidak hanya menyuguhkan arsitektur bersejarah, tetapi juga alunan nostalgia yang dibawakan oleh legenda musik Indonesia, KLA Project. Di balik gemuruh tepuk tangan dan sorak penonton, terlihat satu sosok yang antusiasmenya begitu menyala: Iin Hayoe, seorang ibu tiga anak asal Bulu, Sukoharjo, yang kini menetap di Pati.

Bagi Iin, malam itu adalah perjalanan waktu. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia telah menjadi penggemar berat trio Lilo, Adi, dan Katon. Kecintaannya pada musik KLA Project tidak lekang oleh waktu, bahkan terus membara hingga usianya yang ke-43 tahun. Bukti kesetiaannya tak main-main. Ia dengan setia memburu setiap panggung yang dibersamai idolanya itu, dari Surabaya, Yogyakarta, hingga Jakarta rela ia jajaki.

“Yogyakarta”, “Tak Bisa Kelain Hati”, “Menjemput Impian”, setiap denting melodi dan lirik yang dibawakan Katon Bagaskara malam itu bukan sekadar lagu, melainkan soundtrack hidupnya. Dari balik kursi VIP barisan paling depan yang diperolehnya dengan harga Rp 1 juta, Iin dengan piawai menyanyikan setiap lirik, seolah tak ada satu kata pun yang terlewat dari ingatannya.

“Harga tiket bagi saya tak masalah. Karena saya jujur penggemar berat Lilo, Adi, dan Katon ini, jadi ya saya bela-belain jauh-jauh dari Pati untuk melihat konser ini,” ujarnya penuh semangat kepada portaljateng.id.

Iin menyadari bahwa ia dan penonton lainnya adalah generasi yang tumbuh bersama musik KLA Project. “KLA Project ini rata-rata umur penggemarnya ya seusianya hingga lebih. Jadi dengan konser seperti ini, saya sangat menikmati karena seolah dibawa ke kenangan-kenangan masa lalu dengan nyaman,” tuturnya dengan senyum mengembang.

Lebih dari sekadar konser, Iin sangat mengapresiasi konsep pagelaran yang digelar oleh KAI Wisata ini. Perpaduan musikalitas KLA Project dengan nuansa etnik dan kemegahan Lawang Sewu menciptakan sebuah pengalaman yang langka dan tak terlupakan. Dengan kelakar khasnya, ia menyimpulkan, “Jadi vintage-nya dapat, band jadul dan bangunan jadul.”

Ke depannya, perempuan yang hobi menonton konser ini berharap event serupa dapat lebih sering diselenggarakan. Ia membayangkan bisa kembali menikmati sajian musisi legendaris lain seperti Nicky Astria, Atiek CB, atau bahkan Dewa 19 dan Judika di venue yang tak kalah spesial.

Sebelum mengakhiri percakapan, Iin menyampaikan apresiasi tingginya kepada penyelenggara. “Sukses untuk KAI Wisata. Puas saya dengan sajiannya, meskipun wajar jika tidak bisa memenuhi harapan setiap penonton pastinya,” pungkasnya.

Kisah Iin Hayoe adalah bukti nyata bahwa musik yang baik adalah sebuah perjalanan waktu. Ia bukan sekadar melodi dan lirik, melainkan pengikat memori, pengobar semangat, dan cerita yang terus hidup dari satu generasi ke generasi lainnya.

Berita Terkait

spot_img

Berita Terbaru