PORTAL JATENG.ID, Jakarta – Pertamina, secara berkesinambungan terus mendukung komitmen untuk menyediakan energi dan mengembangkan energi baru dan terbarukan untuk menopang ketahanan dan swasembada energi nasional.
Dalam event IPA Convex, Pertamina menandatangani kesepakatan untuk membahas, mengeksplorasi, dan terlibat dalam inisiatif transisi energi bersama partner global, yaitu Mubadala, POSCO INTERNATIONAL, Japex, dan Jogmec.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menuturkan, Pertamina dan partner bermaksud menjajaki kemungkinan kerja sama dalam penelitian, pengembangan teknologi produk rendah karbon beserta implementasinya.
Khususnya untuk Carbon Capture & Storage/Carbon Capture, Utilization & Storage (CCS/CCUS), Blue Hydrogen/Ammonia, New & Renewable Energy (NRE), dan potensi kolaborasi lainnya di Indonesia.
“Sektor energi diproyeksikan sebagai sektor penyumbang emisi terbesar Indonesia tahun 2030, dan juga diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengurangan emisi karbon, yang menempati urutan kedua setelah sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya,” papar Nicky dalam pernyataannya, Selasa (25/7/2023)
Nicky melanjutkan, Pertamina siap berperan penting dalam memimpin transisi energi dan pengurangan emisi di sektor energi Indonesia. Pertamina akan mendukung langkah Pemerintah dalam mewujudkan target NZE Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Menurutnya, Indonesia akan memiliki peran penting, tidak hanya di Asia tetapi juga dalam dekarbonisasi global.
“Saat ini emisi per kapita Indonesia masih di bawah rata-rata emisi CO2 per kapita dunia (di bawah 3 ton per orang). Juga Indonesia memiliki potensi dari klaster Integrasi untuk CCUS end-to-end dan berinovasi sebagai penyedia energi hijau di klaster tersebut,” tutur Nicky.
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, kapasitas penyimpanan CO2 potensial mencapai 80 hingga 400 giga ton CO2 di depleted reservoir serta saline aquifer.
Dengan kapasitas penyimpanan CO2 yang sangat besar ini, proyek dekarbonisasi di Indonesia juga akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan emisi dunia.
Proposisi unik lainnya adalah hutan hujan tropis, lahan gambut, dan hutan bakau terbesar yang berpotensi menyimpan hingga ~300 miliar ton CO2, menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi solusi berbasis alam terbesar ke-2 untuk menyelesaikan masalah emisi.
Terakhir, melimpahnya energi baru dan terbarukan yang berpotensi untuk menghasilkan sekitar ~3600 GW di Indonesia akan turut menjadi pendorong dekarbonisasi global, yang berasal dari berbagai sumber termasuk panas bumi (~24 GW); angin (~155 GW), matahari (~3300 GW), bioenergi (~57 GW), air (~95 GW) dan laut (~60 GW).
Nicke menambahkan, kolaborasi dengan mitra ini diperlukan untuk menghadapi tantangan transisi energi, terutama dalam penguasaan teknologi dan pembiayaan.
“Mengingat situasinya yang urgen, kami membutuhkan visi yang lebih besar, serta komitmen yang lebih besar terhadap langkah inovatif, inklusif, dan juga kolaboratif, dan itu kami butuhkan sekarang,” kata Nicke.