Senin, 17 November 2025
26.7 C
Semarang

Hijau di Kertas, Hijau di Lahan? Tanggapan Warga Terhadap Program Penghijauan PT JSB

Berita Terkait

Semarang – PT Jasamarga Semarang Batang (JSB) menggelar program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dengan menyalurkan bantuan bibit pohon kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Batang. Program yang melibatkan pemerintah daerah, kelompok tani, dan karyawan ini diklaim sebagai wujud komitmen perusahaan dalam mendukung kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Direktur Teknik dan Operasi PT JSB, Daru Satrio, Senin (06/10/25) yang mewakili Direktur Utama, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata harmoni antara bisnis dan keberlanjutan lingkungan. “Keberlangsungan usaha harus berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan. Melalui program bantuan bibit pohon ini, kami ingin menghadirkan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” ujarnya.

Bupati Batang, Faiz Kurniawan, turut memberikan apresiasi. “Ini merupakan usaha bersama untuk memulihkan keutuhan lahan dan mengembalikan kualitas lingkungan (Quality of Life) di Kabupaten Batang. Pertumbuhan ekonomi harus ditunjang dengan masyarakat yang sehat dan lingkungan yang baik,” tegas Faiz dalam sambutannya.

Namun, di balik gegap gempita acara seremonial tersebut, suara-suara kritis dari warga justru mengemuka. Mario (37), seorang warga Desa Ketitang yang juga aktif dalam komunitas pecinta alam setempat, menyambut baik niat PT JSB, namun menyoroti beberapa hal yang dinilai masih menjadi tantangan.

“Saya apresiasi langkah Jasamarga. Bagus sekali ada perusahaan yang peduli dengan penghijauan. Tapi, yang sering jadi masalah itu bukan di pemberian bibitnya, tapi di pendampingan dan keberlanjutannya,” ujar Mario saat diwawancarai.

Mario melanjutkan, “Pernah sebelumnya ada program serupa. Bibit dibagikan, ditanam dengan meriah, tapi setelah itu tidak ada monitoring. Akhirnya, banyak bibit yang mati karena tidak dirawat, atau terkena panas dan kekeringan. Ia juga mempertanyakan jenis bibit yang dibagikan. “Apakah bibitnya cocok dengan kondisi lahan dan kebutuhan warga. Kalau bisa, jangan sekadar bibit tanaman hias atau peneduh, tapi juga bibit pohon produktif yang bisa menambah nilai ekonomi warga, seperti buah-buahan atau kayu keras. Jadi, ada manfaat ekologi dan ekonomi sekaligus”, ungkapnya.

Mario berharap program corporate social responsibility (CSR) seperti ini tidak berhenti pada penyerahan secara simbolis. “Jangan sampai acara seremonialnya lebih besar daripada implementasinya. Yang kita butuhkan itu komitmen jangka panjang, pendampingan teknis, dan transparansi. Kalau perlu, libatkan komunitas lingkungan lokal untuk memantau perkembangan tanamannya,” pintanya.

Dalam penuh semangat, Mario berpesan, “Kita semua ingin Batang hijau dan sejuk. Untuk itu, kolaborasi harus benar-benar tulus, dari perencanaan hingga evaluasi. Jangan sampai program seperti ini hanya menjadi pencitraan hijau (greenwashing) saja”, tutupnya.

Dengan adanya umpan balik dari masyarakat seperti ini, diharapkan program TJSL ke depannya dapat lebih terarah, partisipatif, dan membawa dampak nyata bagi kelestarian alam serta peningkatan kualitas hidup masyarakat Batang.

Berita Terkait

spot_img

Berita Terbaru