Semarang – Penjualan Pertamax Green 95 di Jawa Tengah hingga kini mencapai 348.000 liter atau 348 kiloliter (KL). Angka ini melampaui target tahun 2025 hingga dua kali lipat lebih atau 228 persen.
Area manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufik Kurniawan menuturkan, produk ramah lingkungan ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Jawa Tengah.
Menurutnya, awalnya Pertamina menargetkan 8 SPBU penjual. Namun karena antusiasme masyarakat yang tinggi, saat ini terdapat 14 SPBU yang menjual Pertamax Green 95. Diantaranya empat SPBU di kota Semaramg, satu di Kendal, satu di Batang dan satu lagi di Rest Area Heritage Kabupaten Brebes.

“Total penjualan Pertamax Green di area Semarang, Kendal dan Batang mencapai 248 kiloliter. Untuk area Semarang mencapai rata-rata 7000 – 8000 liter perhari dan Tegal 1000 liter perhari,” terang taufik kepada wartawan di Semarang, pada Selasa (7/10).
Lebih lanjut Taufik berharap, agar masyarakat tidak terpengaruh beredarnya isu negatif terkait penggunaan etanol dalam Pertamax Green. Karena, penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar sebenarnya sudah umum di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Brazil.
“Etanol merupakan hasil fermentasi bahan nabati seperti tebu, Jagung atau singkong, yang membuat pembakaran lebih sempurna dan ramah lingkungan. Pertamax Green memiliki kadar etanol 5 persen,” ungkapnya.
Penggunaan bahan bakar campuran etanol ini menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna, sehingga aman bagi logam dan karet kendaraan.
Minyak Jelantah Jadi Bioavtur
Pertamina Patra Niaga juga mengembangkan You Collect, yakni pengumpulan minyak jelantah untuk diolah menjadi bioavtur.
Di kota Semarang ada empat titik You Collect yaitu di SPBU Akpol, SPBU Srondol, SPBU Citra Grand dan Puja Syariah Energy Semarang Barat.
Sejak pertama kali dibuka Juni lalu, total minyak jelantah yang berhasil terkumpul sudah mencapai 3.361 liter dengan 971 transaksi senilai Rp 18,49 juta. Ada sekitar 335 warga yang berpartisipasi secara rutin.
“Minyak jelantah yang terkumpul akan diolah menjadi bioavtur. Bioavtur ini telah diuji terbang perdana oleh Pelita Air rute Jakarta-Bali pada Agustus lalu,” ujar Taufik.



