Senin, 17 November 2025
26.7 C
Semarang

Demo Rusuh atau Pendemo Rusuh? Mengulik Akar Kekerasan dalam Unjuk Rasa di Jawa Tengah

Berita Terkait

Semarang – Forum Wartawan Pemprov dan DPRD Jateng (FWPJT) akan menggelar diskusi bertajuk “Demo Rusuh atau Pendemo Rusuh?” pada Kamis, 9 Oktober 2025. Acara ini digelar sebagai respons atas sejumlah aksi unjuk rasa di Jawa Tengah yang berakhir ricuh dan memunculkan pertanyaan publik: apakah kerusuhan terjadi murni dari massa atau ada intervensi pihak tertentu?

Diskusi yang digelar di Selasar Gedung Kantor Gubernur Jateng ini menghadirkan narasumber kunci, antara lain:

· Kombes Pol Dwi Subagio (Direskrimum Polda Jateng)
· Imam Teguh Purnomo (Ketua Komisi A DPRD Jateng)
· Septiaji Eko Nugroho (Ketua MAFINDO Jateng)
· Dr. T. Supriyadi (Pengamat Sosial)
· Sherlizzein Sharifazia (Siswi SMAN 1 Kaliwungu, penyintas kerusuhan)

Ketua FWPJT Damar Sinuko menjelaskan,diskusi ini bertujuan mengurai kompleksitas aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh, terutama insiden yang terjadi pada Agustus 2025 lalu. “Kami ingin mengetahui mengapa aksi demo di Jateng kerap berujung kerusuhan, serta menilai apakah penanganan aparat sudah sesuai prosedur dan tidak melanggar HAM,” ujarnya.

Imam Nuryanto, Ketua Panitia, menambahkan, “Kami juga akan mengulik apakah kerusuhan murni berasal dari massa atau ada intervensi pihak lain yang memanfaatkan situasi.”

Kebijakan “Rumah Rakyat” Diuji
Program Gubernur Jateng Ahmad Luthfi yang menetapkan Kantor Gubernur sebagai “Rumah Rakyat” kini menghadapi ujian nyata.

Beberapa insiden kerusuhan belakangan ini menunjukkan pola yang mirip, massa yang mudah diprovokasi, perusakan fasilitas publik, dan penangkapan massal. Situasi ini memunculkan dugaan adanya skenario tertentu dari pihak yang berkepentingan. Bila kerusuhan dalam unjuk rasa terus berulang, partisipasi publik dalam menyampaikan pendapat bisa tergerus. Masyarakat menjadi takut menyuarakan aspirasi, sementara di sisi lain, pemerintah berisiko menggunakan kekerasan sebagai “solusi cepat”.

    Diskusi ini diharapkan tidak hanya berhenti pada tataran wacana,melainkan mampu memberikan rekomendasi konkret kepada pemangku kebijakan,
    membuka ruang evaluasi bagi kepolisian dalam menangani unjuk rasa, mengedukasi masyarakat tentang menyampaikan pendapat secara damai, dan mengungkap kemungkinan adanya pihak ketiga yang sengaja memanaskan situasi.

    Acara yang akan dimoderatori Bejan Syahidan (Pemred Jateng Pos) ini terbuka untuk umum dan diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pengelolaan konflik yang lebih civilized di Jawa Tengah.

    Seperti kata Damar Sinuko, “Kami ingin demo tidak lagi identik dengan rusuh, dan aspirasi rakyat bisa disampaikan tanpa rasa takut.” Sebuah harapan yang patut diperjuangkan bersama.

    Berita Terkait

    spot_img

    Berita Terbaru