Sabtu, 27 Desember 2025
26 C
Semarang

Enam Hari atau Lima? Refleksi untuk Mencari Jalan Tengah yang Membahagiakan

Berita Terkait

CATATAN REDAKSI – Ketika wacana pengembalian sekolah enam hari di Jawa Tengah mencuat, yang terdengar bukan hanya debat tentang angka, tapi tentang hakikat pendidikan yang manusiawi. Di satu sisi, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi punya concern terhadap pemulihan learning loss dan daya saing anak. Di sisi lain, PGRI dengan lantang menyuarakan kekhawatiran akan beban berlebih pada guru dan siswa.

Pendidikan yang berkualitas sejatinya tidak diukur dari kuantitas hari, tapi dari kedalaman makna dalam setiap interaksi belajar. Finlandia, dengan sistem lima hari dan jam belajar relatif singkat, justru konsisten mencatat prestasi akademik tertinggi di dunia. Kuncinya terletak pada efektivitas, bukan durasi.

Daripada terjebak dalam dikotomi lima versus enam hari, mungkin kita perlu berefleksi:

· Apakah waktu lima hari yang sudah ada telah dimanfaatkan secara optimal?
· Bagaimana menciptakan sistem yang tidak hanya mengejar akademik, tapi juga mempertimbangkan kesehatan mental?

Beberapa opsi bisa dipertimbangkan:

  1. Model hybrid yang memadakan tatap muka dengan project-based learning
  2. Pilot project terbatas sebelum penerapan massal
  3. Penambahan jam per hari dengan kurikulum yang lebih efisien

Kebijakan pendidikan seharusnya lahir dari dialog mendalam dengan semua pemangku kepentingan, tidak hanya pemerintah dan guru, tapi juga psikolog anak, orang tua, dan bahkan siswa sendiri. Setiap anak berhak atas pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tapi juga membahagiakan.

Pada akhirnya, yang terpenting bukanlah berapa hari kita bersekolah, tapi bagaimana kita membuat setiap hari bermakna. Sistem pendidikan ideal adalah yang mampu menyeimbangkan tuntutan akademik dengan kebutuhan perkembangan psikologis anak.

Mari kita berharap apapun keputusan akhirnya, yang menjadi pertimbangan utama adalah kepentingan terbaik untuk masa depan anak-anak Jawa Tengah, agar menjadi generasi yang tidak hanya pandai secara akademis, tapi juga sehat jiwa, kreatif, dan bahagia dalam belajar.

Berita Terkait

spot_img

Berita Terbaru